Tuesday, February 3, 2009

KEMBALI KE SEMANGAT KAWALI

DALAM RENUNGAN : KEMBALI KE SEMANGAT PRASASTI KAWALI

Adalah prasasti Kawali yang ditemukan di Astana Gede peninggalan Maha Prabu Niskala Wastu Kancana membuka kembali pikir kita di dalam membangun kembali sumber kehakikian bagi kesentosaan negara. Melalui prasasti Kawali, Maha Prabu Niskala Wastu Kancana dengan tulusnya berbagi pengalaman kepada kita. Beliau berpesan di dalam prasasti Kawali I seperti ini : nihan tapa kawali nu siya mulia tapa bhagya parebu raja wastu mangadeg di kuta kawali nu mahayu na kadatuan surawisesa nu marigi sakuliling dayeuh nu najur sagala desa aya ma nu pa(n) deuri pake gawe rahhayu pekeun heubeul jaya dina buana ‘yang bertapa di Kawali ini adalah yang berbahagia Prabu Raja Wastu yang bertahta di kota Kawali, yang memperindah keraton Surawisesa, yang membuat parigi (pertahanan) sekeliling ibu kota, yang mensejahterakan (memajukan pertanian) seluruh negeri. Semoga ada (mereka) yang kemudian membiasakan diri berbuat kebajikan agar lama berjaya di dunia.’
Begitu pula pada prasasti Kawali II, beliau kembali berpesan : aya ma nu ngeusi bhagya kawali bari pakena kereta bener pakeun na(n)jeur na juritan ‘semoga ada (mereka) yang kembali mengisi (negeri) Kawali ini dengan kebahagiaan sambil membiasakan diri berbuat kesejahteraan sejati agar tetap unggul dalam perang.’
Dari dua prasasti Kawali ini setidaknya ada dua inti pesan dari Prabu Niskala Wastu Kancana kepada kita di dalam membangun kesentosaan Negara. Kedua pesan tersebut lebih menitikberatkan kepada perilaku dan moralitas pengelola Negara itu sendiri. Kedua pesan tersebut adalah:
Membiasakan diri berbuat kebajikan, hal ini diungkapkan di dalam prasasti dengan kata pakena gawe rahayu; dan
Membiasakan diri berbuat kesejahteraan sejati, hal ini diungkapkan di dalam prasasti dengan perkataan : pakena kereta bener.

Bila setiap orang berpegang tuguh kebenaran dalam menjalankan tugasnya masing-masing, maka akan tercapailah kesejahteraan sejati. Tercapainya kesejahteraan batin, karena tidak memungkiri dan mengingkari kebenaran. Tercapainya kesejahteraan lahir, karena menjalankan tugas dengan penuh kesungguhan. Jujur dan sungguh-sungguh di dalam pelaksanaan tugas dan akan memberikan hasil prestasi yang maksimal.
Bukan hanya pedang dan tombak yang harus tetap di asah, melainkan juga akal, budi, keahlian, dan kepekaan terhadap kebenaran dan kebajikan. Memang butuh suatu proses yang panjang untuk dapat mewujudkan hal tersebut. Dunia pendidikan dalam hal ini sangat berperan di dalam proses keberhasilan pewujudan sikap dan metal seperti itu. Namun tidak usahlah kita kemudian merasa resah gelisah mencari-cari cara untuk dapat mewujudkan penanaman sikap mental seperti yang diharapkan oleh semangat prasasti Kawali, karena di masyarakat Sunda pun telah ada konsep pendidikan yang menopang ke arah itu, yaitu tujuh pilar pendidikan yang terdiri dari cageur, bageur, pinter, singer, bener, jujur, dan sabar. Sekarang tinggal mau tidaknya keseriusan kita di dalam pelaksanaan dan penerapan konsep pendidikan tersebut.
Kesinambungan pelaksanaan pendidikan formal (sekolah) dan non-formal (masyarakat dan keluarga) dapat menerapkan konsep pendidikan ini. Tetapi alangkah akan mudah tercapainya keadaan sikap mental seperti yang diharapkan oleh semangat prasasti Kawali bila penerapan konsep pendidikan cageur, bageur, pinter, singer, bener, jujur dan sabar itu dilaksanakan di lingkungan keluarga. Mengingat lingkungan keluarga adalah lingkungan terdekat dan paling banyak waktu yang diikuti oleh anak didik.
Begitulah semangat prasasti Kawali yang telah diwariskan oleh Prabu Niskala Wastu Kancana kepada kita, dan beliau berpesan diakhir hayatnya kepada kita : sugan aya nu dek nurutan inya twah nu surup ka Nusalarang. Pakeun heubeul jaya dina buana, pakeun nanjeur na juritan! ‘Barangkali ada yang hendak meniru perilaku yang mendiang ke Nusalarang. Agar lama berjaya di dunia, agar tetap unggul dalam perang! ****Cag.

Referensi :
Iskandar, Yoseph.1997. Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa).Bandung :Geger
Sunten.
Hadi, Ahmad.1998. Mustika Tujuh Rupa, Konsep Atikan Urang Sunda.Bandung : Suara
Daerah

No comments:

Post a Comment